Jumat, 16 Januari 2009

Manajemen Pelatihan Dakwah

BAGAIMANA MENGELOLA WAKTU

Mengelola waktu adalah masalah klasik yang selalu dihadapi oleh siapapun yang ingin selalu lebih produktif, efektif, sekaligus lebih efisien. Sayangnya kita sering membuang waktu ketika membicarakan waktu. Waktu adalah komoditas yang abstrak. Ia akan terus berlalu dan tidak akan pernah kembali. Komitmen atas paradigma ini menunjukkan kualitas seseorang dalam menjalani kehidupannya. Kesuksesan tidak pernah mengabaikan dimensi waktu. Dengan kata lain waktu menjadi salah satu parameter kesuksesan atau nilai dari sesuatu.

Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya dan bekerja untuk kehidupan setelah kematian (Al-Hadits).

Pernahkah Anda merasa sibuk sepanjang hari tetapi kemudian pulang dengan perasaan tidak mengerjakan apa-apa? Itulah sesungguhnya yang dimaksud membuang waktu di mana Anda melakukan sesuatu yang justru tidak ada atau sedikit maknanya dibanding waktu yang terpakai.

Idaratul waqt dikenal sebagai upaya pengelolaan waktu sedemikian rupa sehingga apa yang kita lakukan sekarang memiliki manfaat jangka panjang. Sekarang merupakan investasi kita di masa depan, karena sekarang adalah bagian dari skenario kehidupan masa depan yang kita buat atau kita pilih sendiri.

Belajar Tentang Mengelola Waktu
Anda dapat menjadi lebih efektif dalam mengelola waktu anda apabila anda menggunakan saran-saran berikut :

Tentukanlah tujuan anda. Manakah tujuan spesifik yang telah anda patok pada diri anda ? apabila anda bekerja disebuah organisasi yang menggunakan bentuk MBO (manajemen menurut tujuan) atau suatu metode lain penetapan-tujuan, tujuan itu barangkali sudah ada.
Prioritaskan tujuan anda. Tidak semua tujuan yang anda miliki itu sama pentingnya. Berilah batasan yang ada pada waktu anda, seharusnya anda memberi prioritas tertinggi pada tujuan-tujuan paling penting.
Daftarlah kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan anda. Merencanakan itu sesungguhnya merupakan kuncinya disini. Anda harus menentukan tindakan spesifik yang anda perlukan untuk mencapai tujuan anda.
Prioritaskan daftar apa yang perlu anda kerjakan itu. Langkah ini menyangkut menerapkan serangkai prioritas kedua. Disini anda perlu menekankan baik baik kepentingan maupun urgensinya. Apabila kegiatan itu tidak penting, anda perlu mempertimbangkan untuk mendelegasikannya kepada orang lain. Apabila tidak mendesak, lazimnya tindakan itu dapat menunggu. Menyelesaikan langkah ini akan membantu anda menemukan kegiatan yang harus anda kerjakan, kegiatan yang sebaiknya anda kerjakan, kegiatan yang akan anda lakukan apabila anda mampu, dan legiatan yang dapat dikerjakan oleh orang lain untuk anda.
Jadwallah hari anda. Setelah memprioritaskan kegiatan anda. Susunlah sebuah rencana harian. Setiap pagi (atau malam sebelumnya) tentukanlah apa yang anda inginkan selesaikan selama hari itu.

Faudha al Waqt
Time Wasters adalah tindakan atas waktu tanpa menghasilkan manfaat jangka panjang. Dengan kata lain bila kita bertindak tanpa memikirkan manfaat jangka panjang maka sesungguhnya waktu kita terbuang. The person who kills time hasn’t learned the value of life” ( orang yang membuang waktu belum mempelajari nilai kehidupan).

Saat dilanda Time Wasters, kita berada di dalam dua kemungkinan; pertama, waktu kita hilang tak termanfaatkan akibat ketidaksadaran kita (atau akibat pengaruh orang lain faktor eksternal. Kedua , kita membuang waktu yang tidak sepadan dengan manfaat yang dihasilkan, dalam kondisi ini kita relatif menyadari tindakan kita (faktor internal).


Berikut ini kita akan coba mengkaji beberapa aktifitas yang sering menjebak sehingga kita terperangkap dalam sangkar faudha al waqt, antara lain sebagai berikut :

Suka Menunda
Kebiasaan menunda memang tidak mudah ditinggalkan. Ia bak monster pelahap waktu dalam diri sendiri. Belajar dan latihan sejak sekarang adalah solusinya. Bila tidak, kita akan selalu berada pada kondisi kritis, melakukan pekerjaan terburu-buru karena desakan waktu, kehilangan fokus dan prioritas, bahkan sangat mungkin Anda mengalami distress
.
Menunggu
Ketika menunggu, seakan kita tidak melakukan apapun, bahkan beranggapan tidak banyak yang bisa dilakukan saat itu. Ini disebabkan beberapa keterbatasan.

a. tidak terbiasa melakukan pekerjaaan yang membutuhkan konsentrasi. Jika menunggu tentunya perlu sesekali menengok atau mencari yang kita tunggu. Jika terlalu asyik dengan pekerjaan sampingan bisa-bisa tujuan utama yakni menunggu terlupakan.
b. fasilitas dan tempat menunggu. Artinya kita hanya mungkin melakukan kegiatan sebatas fasilitas dan tempat dimana kita berada saat menunggu. Jadi, kita perlu memastikan agar apapun yang dikerjakan tetap memungkinkan kita untuk mencapai tujuan utamanya.

Dengan segala keterbatasan ini adakah yang bisa dilakukan? Jawabannya tentu ada. Paling tidak bisa berpikir, berdzikir, membaca, membuat rencana, mengembangkan ide, atau melakukan refleksi diri. Mengapa berpikir? Semua pekerjaan memerlukan pemikiran, dan semakin sering memikirkan apa yang akan dikerjakan, semakin matanglah rencana itu. Pekerjaan menganalisa, membuat rencana akan semakin mempertajam kemampuan nalar.

Jadi berpikir secara mendalam memang sesuatu yang perlu untuk dilakukan setiap saat dimana saja. Apalagi bila kita dapat menuangkan hasil pemikiran kita itu dalam format catatan, maka hal ini sudah merupakan pemanfaatan waktu yang sangat positif. Inilah mini time management dimana waktu-waktu singkat termanfaatkan secara optimal. Tanpa disadari Anda telah melakukan (pooling) atau penggabungan beberapa kegiatan tanpa membuang waktu dan terganggunya pekerjaan lain.

Bekerja Tanpa Agenda
Ibarat membangun rumah tanpa blue print, tanpa anggaran, tanpa limit waktu, maka hasilnya cenderung amburadul. Seandainya jadi pun sulit untuk dinilai dimana letak pemborosannya. Buatlah agenda kerja harian, mingguan, bulanan. Ingat, bila Anda gagal membuat rencana, hakikatnya Anda justru membuat rencana untuk menuai kekacauan dan kegagalan, dan bersiaplah untuk menyesal. Ibnu Atho’illah berkata, “Siapa yang awal perjalanannya berkilau, berkilau pula kesudahannya.”



Kesulitan Mengevaluasi Keberhasilan Dakwah

Secara etimologi evaluasi adalah penaksiran, perkiraan keadaan dan penentuan nilai. Sedangkan berdasar pengertiannya evaluasi adalah mengkritisi suatu program dengan melihat kekurangan, kelebihan, pada konteks, input, proses, dan produk pada sebuah program.

Indikator adalah gejala-gejala perubahan sesudah atau sebelum kegiatan dakwah dilakukan.dalam menyusun indicator diperlukannya pemahaman yang baik tentang program atau kegiatan, tujuan sumber daya yang tersedia, ruang lingkup kegiatan dan saling hubungan yang terdapat diantara berbagai kegiatan tersebut yang dilaksanakan.

Indikator masukan (input)
Indicator masukan yang disusun harus mengidentifikasi sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan keluaran. Indicator input mengukur sumber-sumber daya seperti : ketersediaan dana ketersediaan SDM/ petugas, ketersediaan informasi ketersediaan jamaah, ketersediaan bantuan/modal usaha, ketersediaan teknis dan ketersediaan waktu.
Indicator ini relative mudah diukur dan telah digunakan secara luas, namun bekum dapat menunjukan kualitas kinerja program/kegiatan, misalnya jumlah penceramah belum menunjukan kualitas da’I secara professional.

Indicator keluaran (output)
indicator output digunakan untuk mengukur pengeluaran yang dihasilkan oleh suatu program/kegiatan. Dengan membandingkan pengeluaran sasaran program kegiatan, dapat diketahui apakah kemajuan pelaksanan dan pencapai program/kegiatan tersebut sesuai dengan rencana. Indicator output hanya dapat menjadi landasan untuk menilai kemajuan suatu program/kegiatan apabila indicator ini dikaikan dengan sasaran-sasaran program/kegiatan yang didefinisikan secara jelas dan terukur. Penghitungan output sering kali tidak menunjukan kualitas.



Indicator hasil / manfaat (outcomes)
Indicator ini menggambarkan hasil nyata atau manfaat yang diperoleh suatu program / kegiatan. Namun informasi yang diperlukan untuk mengukur outcomes sering kali tidak lengkap dan tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu setiap pengelola program atau kegiatan perlu megetahui berbagai metode dan yeknik untuk mengukr keberhasilanya program atau kegiatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui menfaat yang dihasilkan program atau kegiatan perlu disusun indicator manfaat yang mencerminkan berfungsiny keluaran program kegiatan tersebut.

Indicator dampak (impacts)
Indicator ini menggambarkan pencapaian tujuan dalam jangka panjang seperi yang dirumuskan dalam tujuan (goals), baik dampak positif maupun negative. Indicator ini dapat diketahui, jika pengukuran dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama.

Keberhasilan suatu kegiatan dakwah bias dimungkin oleh berbagai sebab dan hal, sebagai berikut :

kemungkinan pertama karena pesan dakwah yang disampikan oleh dai memang relevandengan situasi dan kebutuhan masyarakat, yang merupakan satu keniscayaan yabg tidak mungkin ditolak, sehingga mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias.

kemungkinan kedua karena factor pesona dai, yakni dai tersebut memiliki daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah menerima pesan dakwahnya meski kualitas dakwah yang disampaikan sederhana


kemungkinana ketiga karena kondisi psikologi masyarakat mudah disentuh dan dalam kondisi yang haus akan disirami rohani,. Dan mereka terlanjur memiliki persepsi positif terhadap dai, sehingga pesan dakwah yang sebenarnya kurang jelas ditafsirkan sendiri oleh masyarakat dengan penafsiran yang jelas.
kemungkinana keempat yaitu karena dakwah disampaikan dikemas dengan menarik sehingga masyarakat yang semula acuh tak acuh terhadap agama, setelah melihat paket dakwah yang diberi kemasan lain misalnya lewat kesenian stimulasi. Maka dakwah yang dilaksanakan pun berhasil dan dapat diterima olrh masyarakat secara positif.

Tidaklah benar kalau keberhasilan dakwah hanya diukur dari banyaknya jama’ah yang hadir pada suatu upacara keagamaan, karena banyaknya jama’ah yang hadir hanyalah salah satu dari indicator saja. Keberhasilan dakwah dapat diukur dari munculnya kesadaran keberagamaan pada masyarakat akibat adanya dakwah, baik kesadaran yang berupa tingkah laku, sikap ataupun keyakinan.

Prosedur Evaluasi Kegiatan Dakwah

A. Pengertian Evaluasi Dakwah

Evaluasi adalah sesuatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah di rencanakan sebelumnya. Dan word health organization merumuskan evaluasi sebagai suatau proses dari pengumpulan dan analisis informasi mengenai efektifitas dan dampak suatu program dalam tahap tertentu sebagai bagian atau keseluruhan dan juga mengkaji pencapaian program.

Sedangkan evaluasi dakwah adalah suatu proses pengumpulan data menganalisis informasi tentang efektifitas dan dampak dari suatu tahap atau keseluruhan program. Ada juga yang mengemukakan bahwa evaluasi dakwah adalah meningkatkan pengertian manajerial dakwah dalan sebuah program formal yang medorong para menejer atau pemimpin dakwah untuk mengamati perilaku anggotanya, lewat pengamatan yang lebih mendalam yang tidak dapat dihasilkan melalui saling pengertian diantara kedua belah pihak.

B. Prosedur Evaluasi Kegiatan Dakwah

1. Menetapkan standar atau tolak ukur

langkah pertama dalam proses evaluasi dakwah adalah menetapkan standar atau alat pengukur, dengan alat pengukur itu barulah dapat dikatakan apakah tugas dakwah yang telah ditentukan dapat berjalan dengan baik, atau dapat berjalan tetapi kurang berhasil,atau sama sekali mengalami kegagalan total, dan sebagainya.

2. Rencana evaluasi

setalah menentukan standar atau alat ukur langkah selanjutnya yang harus diambil dalam proses evaluasi adalah menentukan rencana evaluasi yang akan dijal;ankan tersebut. Dalam melakukan evaluasi biasanya dikaitkan dengan model-model evaluasi yang akan di gunakan. Dan didalam makalah ini kami mengambil tiga model evaluasi menurut arikunto yang meliputi :

a. Evaluasi input

Evaluasi ini dilakukan pada berbagai unsure yang masuk dalam pelaksanaan suatu program. Setidaknya ada tiga variabel utama yang terkait dengan evaluasi input ini yaitu :

  1. Ø Peserta program meliputi mad’u
  2. Ø Tim or staff, meliputi da’I dan amanjerial
  3. Ø Program, meliputi : lama(waktu) pelaksanaan program dan sumber-sunber rujukan yang tersedia.

Terkait dengan input ini ada 4 kriteria yang dapat dikaji :

  • Tujuan program/ tujuan dakwah
  • Penilaian terhadap kebutuhan komunitas
  • Standar dari suatu praktek yang terbaik
  • Biaya untuk pelaksanaan program

b. Evaluasi proses

evaluasi ini dilakukan untuk menilai bagaimana proses kegiatan yang telah dilakukan telah sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan, evaluasi ini memfokuskan pada aktifitas program yang melibatkan interaksi langsung antara mad’u dengan da’i. tipe ini diawali dengan analisis terhadap system pemberian bantuan atau kegiatan program. Yang menjad kata kunci dalam evaluasi proses ini adalah apa yang dilakukan dan seberapa baik itu dilakukan ?

c. Evaluasi Akhir

Evaluasi ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh tujun tujuan yang sudah direncanakan telah tercapai. Dengan demikian evaluasi ini diarahkan pada keseluruhan dampak dari suatu program terhadap penerimaan ( masyarakat peserta program/ mad’u).

3. Mengumpulkan Data

dan setelah menentukan evaluasi apa yang akan kita gunakan, tahapan selanjutnya ialah mengumpulkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara :

  • wawancara
  • angket
  • studi dokumentasi
  • pengamatan

4. Menganalisis Data

Tahapan selanjutnya adalah menganalisis data yang dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu :

a. Pendekatan kualitatif

Kualitas : dijelaskan dengan kata-kata atau angka

Metode : observasi

Instrumen : manusia atau peneliti

Subyek : kelompok

Obyek : ruang lingkup dimensi

b. Pendekatan kuantitatif

Kualitas : banyak atau jumlah dijelaskan dengan angka

Metode : survey

Instrumen : questioner,angket

Subyek : kelompok

Obyek : ruang lingkup dimensi

5. Menyajikan hasil analisis

Setelah semua ini rapi barulah kita menyajikan hasil analisis, cara menyajikan analisis ada dua melalui laporan, yaitu :

1. laporan secara lisan

2. laporan secara tertulis


0

0 komentar: